Jumat, 30 Oktober 2020

Tiopo (Bamboo Trap) Traditional Gorontalo fishing gear

 


T

he development of fishing technology, which is now increasingly rapid, makes it easier for fishermen to get fish. Starting from detecting the presence of fish to fishing gear, all of which use sophisticated technology. However, it is different with fishermen in Gorontalo. Precisely on the shore of Limboto Lake, Gorontalo Regency, which until now still uses manual tools and is still very traditional.

The fishing gear is called titiopo in the term of Gorontalo fisherman, which means fish trap. Uniquely, besides the tool is still traditional, the raw material for this tool is also easy to get. However, the use of this tool is not arbitrary, you must use a special spell. The raw material for the tool is only bars made of NIBONG wood or ombulo, which are knitted and at each end are sharpened below, these bars are woven and tied with rattan in such a way that they become a fish trap, which is still used by some Gorontalo fishermen. Even so, making this traditional fishing gear is not easy. Because it has to go through a long process. Starting from how to take raw materials to special rituals that must be carried out.

Like taking nibong. Nibong is taken in the morning at sunrise. When cutting the wood, a person must recite the Prophet's prayers while cutting the tree. It is not arbitrary to take this Nibong, because you have to read a prayer, at least recite the prophet's prayer at the beginning of cutting down the tree. Not only that, when after the wood is taken, the manufacturing process begins. The wood that is taken is then split into several small pieces which are then knitted together until smooth.

After the sharpening process is complete, then the weaving process begins. The wooden bars that have been knitted are then woven in such a way as to form the desired pattern until the titiopo is finished and ready for use. "It is fairly easy to manufacture. However, to use this tool you also have to go through a special ritual and the right time, because this tool is a trap for bottom fish or shallow waters, lakes, swamps, or rivers / streams.

The use of this fishing gear must be on a good day, this catcher does not use bait, but there is a spell that we use, this spell is a legacy of our ancestors until now we are still using it, now with this spell as a fishing rod is included in the titiopo. Then the titiopo is lifted and dipped in the water like a spear, if a fish is trapped inside, it will be felt on the upper handle with a diameter smaller than the bottom hole. Then the fish can be lifted without lifting the titiopo in question. Over time, the use of titiopo made from Nibong began to be abandoned. **

Minggu, 25 Oktober 2020

Tiopo ( Bamboo Trap ) Alat Tangkap IkanTradisonal Gorontalo

 

P

erkembangan Teknologi penangkap ikan yang kini semakin pesat membuat nelayan makin mudah untuk mendapatkan ikan. Mulai dari alat pendeteksi keberadaan ikan hingga alat tangkap yang kesemuanya menggunakan kecanggihan teknologi. Namun, lain halnya yang dengan nelayan yang ada di Gorontalo. Tepatnya di pesisir danau Limboto, Kabupaten Gorontalo yang hingga kini masih mengunakan alat manual dan masih sangat tradisional.

Alat tangkap tersebut bernama titiopo dalam istilah nelayan Gorontalo yang artinya perangkap ikan. Uniknya, selain alatnya masih tradisional, bahan baku alat ini juga mudah didapat. Namun demikian penggunaan alat ini tidak sembarangan, harus menggunakan mantra khusus. Bahan baku alat tersebut hanyalah jeruji dari kayu NIBONG atau ombulo yang diraut dan pada masing-masing ujungnya dibawah diruncingkan, jeruji ini dianyam dan dirangkai dengan rotan sedemikian rupa hingga menjadi sebuah perangkap ikan, yang hingga kini masih digunakan oleh sebagian nelayan Gorontalo. Meski begitu, pembuatan alat tangkap ikan tradisional ini tidak mudah. Karena harus melalui proses yang panjang. Mulai dari cara pengambilan bahan baku hingga ritual-ritual khusus yang harus dilaksanakan.

Seperti halnya mengambil nibong. Nibong diambil di waktu pagi saat matahari terbit. Saat menebang kayu tersebut, seorang harus membacakan shalawat nabi sembari menebang pohon tersebut. Tidak sembarang mengambil Nibong ini, karena harus membaca doa, minimal membacakan sholawat nabi saat awal menebang pohon tersebut. Tak hanya sampai disitu, saat setelah kayunya diambil barulah proses pembuatan pun dimulai. Kayu yang diambil tadi kemudian dibelah menjadi beberapa bagian kecil yang kemudian Nibong tersebut diraut hingga halus.

Setelah proses perautan selesai, barulah dilanjutkan proses penganyaman dimulai. Jeruji kayu yang telah diraut tadi kemudian dianyam sedemikian rupa dengan membentuk pola yang diinginkan hingga titiopo tersebut selesai dan siap dipakai. "Untuk pembuatan terbilang cukup mudah. Akan tapi untuk menggunakan alat ini juga harus melalui ritual khusus dan waktu yang tepat, karena alat ini merupakan perangkap ikan-ikan dasaran atau perairan dangkal, didanau, rawa, atau sungai/kali.

Pengunaan alat tangkap ini harus pada hari yang baik, penangkap ini tidak mengunakan umpan, namun ada mantra yang kami gunakan, mantra ini merupakan warisan leluhur kami hingga saat ini masih kami gunakan, nah dengan mantra inilah sebagai pemancing ikan masuk dalam titiopo. Kemudian titiopo diangkat dan dicelupkan ke air seperti orang menombak, jika ada ikan yang terperangkap didalam akan terasa pada pegangan bagian atas dengan diameter lebih kecil dari lubangnya yang dibagian bawah. Lalu ikannya dapat diangkat tanpamengangkat titiopo dimaksud. Seiring berjalanya waktu, pengunaan titiopo dari yang berbahan Nibong mulai ditinggalkan,***

Minggu, 18 Oktober 2020

Pola Pikir

 Bayangkanlah sebuah Jeruk Nipis berwarna hijau agak ke kuning2an.

Lalu Jeruk nipis tersebut dipotong jadi dua.
Kemudian pegang salah satunya dan peraslah...
Sampai air tetesannya mengucur...
Apa yang anda rasakan..? Asam bukan..?

Setiap tetesannya membuat anda menelan ludah.
Kalau imajinasi anda kuat sekarang anda sedang
menelan air liur, saking asamnya ....betul..?
Padahal jeruk nipisnya tidak ada...


Tapi rasa asamnya terasa hingga anda harus menelan ludah.
Jika merasakan kejadian serupa itulah yang disebut ......TEORI JERUK NIPIS.

Bahwa tubuh manusia dirancang untuk merespon apa yang dibayangkan.
Apa yang dipirkan ... itulah yang jadi kenyataan.
Sehingga jika kita sedang menghadapi masalah
Lalu kita berpikir yang aneh.
Maka yang terjadi biasanya tubuh akan drop...
Kemungkinan jatuh sakit bahkan depresi...
Padahal semua kekhawatiran itu belum tentu terjadi, kita sebenarnya sedang “meneteskan Jeruk nipis” di kehidupan kita.
Semakin banyak tetesannya semakin berat masalahnya.

Kuncinya ada dalam pikiran, jika air liur saja bisa dipancing hanya dengan memikirkan sebuah jeruk nipis, maka sebetulnya masalahpun bisa diatasi dengan permainan pikiran.

Maaf….
Coba perhatikan orang yang kelainan jiwa...
Secara fisik mereka sehat.
Namun mereka hidup di dunia yang berbeda.
Mereka menciptakan dunianya sendiri.
Jeruk Nipis yang mereka teteskan terlalu banyak.
Sehingga muncul lawan bicara yang begitu nyata.
Yang bisa diajak bicara.

Sekarang ubahlah *Mindset* anda . . ., jika didera masalah bertubi2 anggap itu. . . “proses pondasi” bahwa Allah hendak membangun Hotel berlantai 100.
Bayangkan sebuah proyek Hotel dengan tinggi 100 lantai, pondasinya pasti dalam dan kuat sekali, pengerjaannyapun pasti lama.

Jika pondasinya selesai dia akan mampu menopang beban hingga 100 lantai sekalipun...
Allah tidak iseng memberi kita masalah.
Dia ingin kita kuat bukan ingin kita sekarat.
Maka berhati2lah dengan pikiran ...
Berbaik sangkalah maka kehidupanpun atas ijin Allah akan membaik.

Repost:

Sesuatu Tampak Indah Karena Kita Belum Miliki



                 Apapun yang belum kita miliki biasanya akan nampak indah dipandang mata, kenapa?

MOTIVASI - Impian Bahagia dan Pilihan Hidup


 

Sabtu, 17 Oktober 2020

Panggilan Ke Baitullah..

 


BUKAN PRIORITAS SAYA

Siapa yang ingin umroohh…???

“kalau saya Tanya begini pasti semua jawab “ SAYA PAK”

Tapi kalau saya Tanya, “ Siapa yang sudah DP Umrooohh…???”

…. Langsung lunglai..tangannya turun yang tadinya acungkan…..

Wah ini kita banget yah

Pengen banyak hal tapi tak bergerak sama sekali

Kenapa tak bergerak melangkah?

Karena kita hanya ingin saja tak benar-benar NIAT ke sana

Kenapa tak benar-benar NIAT ? karena kita masih tak menjadikan perioritas ibadah satu ini…

Kenapa tak prioritaskan ? karena kita masih cinta dunia dan taku mati….

 

Yes… itulah saya dulu..

Masih mengutamakan dunia ketimbang akhirat…

Bukankah kalau ada keluarga kita jatuh sakit dan besok dioperasi dan kita butuh dana kita benar-benar berusaha sekeras-kerasnya kan? Itulah prioritas

 

Masya allah… kita masih takut belanjakan uang kita untuk Allah, takut harta kita akan berkurang,…dan takut ini itu dll

Padahl jelas2 dijamin Allah…

Kita kalu mengundang orang kerumah karena rindu trus dia bilang taka da ongkos…. Apa yang kita lakukan?

Sudah nanti saya bayar ongkosnya… kan saya yang menyuruh dating…

Jadi beda ceritanya kalau orang itu menjawab kepada kita….tdk punya waktu, tak prioritas, atau ada kepentingan lain…. Apayang mau kita balas?

…. Ya sudah saya juga tdk butuh kamu

 

…. “ITU YANG ALLAH BILANG KE KITA KALAU MENGINDAHKAN UNDANGANNYA”

Habis baca ini coba diam sejenak

Tanya diri sendiri.. dan jujur… apakah sudah jadi prioritas belum undangan Allah ?...koq bias punya motor, bahkan mobil…..hey kawan, koq kamu mau saja cuekin Allah ?????????

 

Bisa Langsung Konsultasi Ya…